Tuesday 14 December 2010

Halangan


Godaan Wanita/ Pria
Jika seorang abang becak, sopir, pedagang, pengusaha tergoda oleh wanita/ pria adalah hal yang biasa namun jika seorang petuah, da’i, pemimpin dan guru/ ustadz maka ceritanya akan lain. Menjadi sebuah kenyataan yang ironi dimana dalil dan teori menjadi saksi bisa tak berdaya mendakwa sang penuturnya. Betapa tidak mereka adalah figur public, semua gerak, langkah mereka selalu menjadi pusat perhatian menjadi rujukan dan patron pengikat semua orang, makanya orang tua membuat pepatah ” guru kencing berdiri, murid kencing berlari...” itu artinya jika seorang figur public saja dapat berbuat demikian maka lebih-lebih murid dan atau umatnya.
Sebenarnya di dalam kamus goda menggoda bagi syetan tidaklah pandang bulu, dan tidak pula membuatnya repot , dinasti syetan sudah jauh lebih maju dari manusia, syetan sangat profesional dalam melakukan pekerjaannya. Untuk level seorang sarjana S3 maka tidak mungkin syetan yang menggodanya lulusan SD yang nulis bacanya pas-pasan. Maka raja syetan akan menugaskan sarjana S3 terbaik lulusan universitas syetan ternama untuk menggoda manusia tersebut, begitu pun untuk seorang da’i maka syetan yang menggodanya pun adalah syetan yang sudah tahfidz Al Qur’an, dan jika itu seorang guru/ustadz maka syetan yang menggodanya pun adalah ustadz ternama yang sudah beberapakali khatam qur’an, dengan jam terbang mengajar, seminar, workshop yang tak terhitung. Ini berarti semakin tinggi predikat seseorang maka syetan yang menggodanya pun semakin hebat.
Tidak heran jika seorang petuah, da’i, guru atau ustadz tergoda syetan melalui yang namanya mahluk bernama wanita/ pria karena bukankan mereka juga manusia normal??? Dimana saat datangnya masa puber baik saat remaja atau puber kedua setelah menikah godaan dari wanita/ pria pun akan menimpanya. Meminjam kata-kata grup band serieus....ustadz...juga...manusia...!!!. Maka saat itu datang menjadi ujian keimanan bagi siapa-siapa saja yang lulus melewati ujian tersebut maka Allah akan tinggikan derajatnya...seperti sedang ujian karate jika lulus maka seorang karateka naik peringkat dari ban hijau naik jadi ban biru.
Kalau yang tergoda adalah remaja, duda, atau suami yang tertarik pada wanita lajang maka inilah ayat-ayat Allah dimana mereka harus segera menikahinya. Celakanya yang saling tergoda justru mereka yang sudah menikah sang wanita adalah seorang istri dang sang pria adalah seorang suami. Maka tidak ada lagi kata yang tepat selain HARAM bagi mereka untuk berinteraksi.
Mengapa Tergoda...???
Faktor dominan yang menyebabkannya :
  1. Sistem yang ada
  2. Adanya peluang / kesempatan
  3. Tidak adanya hijab
  4. Iman yang rapuh
  5. Lemahnya sosial kontrol
  6. Faktor psikologis
Lingkungan di sekitar kita begitu bebasnya, wanita-wanita dan pria ”tanpa busana” berkeliaran seakan menjadi pemandangan yang biasa, begitupun kehidupan bebas lainnya di sekolah, pusat belanja,tempat wisata, tempat hiburan dan kantor-kantor semuanya membebaskan para wanita dan pria untuk melakukan aktifitas tanpa batas. Bahkan tugas-tugas ke luar kota pun tidak ada perlakuan khusus bagi wanita. Wanita-wanita bisa pergi kemana saja tanpa pendamping, karena sistem menuntut demikian. Kondisi seperti ini keimanan benar-benar di pertaruhkan, bagaimana tidak seorang pria mendapat tugas ke luar kota satu tim dengan teman kerja wanita selama 3 bulan, dapat dibayangkan...??? betapa orang-orang seperti ini memerlukan energi yang sangat banyak untuk melawan keinginan hatinya, mengendalikan dirinya agar imannya terpelihara....(wah...cape deeeeehhhh...).
Belum lagi gaya hidup yang dihembuskan kaum orientalis dan yahudi, gaya hidup yang mengambil filosifis ” kalau masih ada orang yang jual sate untuk apa membeli kambing...???”, wanita pria yang sudah menikah memiliki pasangan lain di kantor, kalau boleh dibilang mereka mengaku sebagai PIL (pria idaman lain), WIL (wanita idaman lain), TTM (teman tapi mesra) dan entah apalagi sebutan-sebutan yang menunjukkan jika pria dan wanita yang telah menikah menjadi teman sehati bahkan selingkuh dalam segala hal di kantor.
Berinterakasi di tempat kerja dalam sehari kurang lebih 10 jam efektif bahkan lebih (jika lembur) ditambah dengan perjalanan pulang pergi rumah 4 jam maka kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain menjadi lebih banyak dan leluasa, bandingkan dengan jam di rumah yang hanya mendapatkan porsi 10 jam diambil istirahat tidur 6-7 jam, jadi interaksi dengan istri/suami dan anak hanya 3-4 jam, mending jika interaksi yang dilakukannya berkualitas bagaimana kalau setiap bertemu istri/ suami/anak bawaannya marah-marah karena stress memikirkan pekerjaan kantor?. Maka tak ayal lagi peluang untuk dekat dengan seseorang di kantor sulit untuk dihindari.
Awalnya mungkin hanya ngobrol biasa sesama teman, lama-lama saling curhat masalahnya masing-masing maka timbullah simpati, jika interaksi ini diteruskan maka muncullah empati dan selebihnya jika terus-terusan interaksi ini dipelihara maka muncullah perasaan yang mendalam, membuai hati, muncullah rasa nyaman jika berdekatan, dan jika salah satunya tidak ada maka rasa kehilangan dan rindu untuk bertemu...dan seterusnya lah syetan membimbingnya agar terus berada dalam jebakannya. Setelah itu maka akal sehatpun nyaris hilang. Perasaan yang berbunga-bunga, berbuih-buih melenakan mereka ...setelahnya wallahualam apa yang akan terjadi.
Faktor psikologis seperti masa dimana seseorang sedang mengalami puber kedua, menjadi pemicu munculnya perselingkuhan, ditambah jika teman di kantor memiliki kelebihan yang tidak dimiliki pasangan kita di rumah. Kalau bukan karena iman yang membendung dan mengendalikan nafsu maka tak ada jalan bagi hati untuk tertambat di pelabuhan hati sang pengagum. Hal ini tidak saja menimpa segelintir orang tetapi semua orang mengalami ’rasa ini’, kagum pada selain istri/suami.
Allah SWT sudah memperingatkan untuk senantiasa menjaga hijab antara pria dan wanita, bahkan bagi wanita jika ia pergi keluar rumah maka harus seijin suami dan ada seorang muhrim yang menemani, namun dunia saat ini tidak memungkinkan demikian maka hijab hati, jaga pandangan, jaga lisan menjadi sesuatu hal yang teramat penting untuk diperhatiikan oleh para aktifis dan semua orang yang bekerja di luar rumah.
Tip n Trik Mengatasinya
Saat masa dimana perasaan ’itu’ datang maka :
- janganlah mengekspresikan rasa yang muncul itu dengan perasaan dan pemikiran kita, apalagi dengan sikap dan perilaku kita
- sembunyikanlah perasaan tersebut cukup Allahlah yang mengetahuinya, agar tidak mengganggu orang lain dan mempermalukan diri serta keluarga
- berlindunglah kepadaNya jangan sampai tergoda
- berpalinglah pada istri dan suami kita, gaulilah mereka
- kurangi interaksi dengan ’sang pengagum’, jika perlu hindarilah dia
- perbanyak sholat malam dan shaum sunat
- berolahragalah agar energi kita tersalurkan
- buatlah diri kita bener-benar sibuk sehingga perasaan dan pikiran kita tidak tertambat pada sang pengagum
- ingatlah jika hal ini terjadi pada pasangan kita, apa yang kita rasakan
- selalu ingatlah bahwa Allah maha pedih adzabnya
Evaluasi Diri
Bagaimana bisa…banyak ayat yang telah kita hafal…tetapi mengapa tidak dapat menjadi syifa bagi hati yang gundah gulana ditempa perasaan yang meluap-luap terhadap orang bukan selayaknya???
Bagaimana mungkin bibir ini basah dengan dzikir untuk mengingat Allah, tetapi tidak bisa menjadi terapi bagi lisan yang terus-menerus menyebutkan dan menyanjung sang pengagum???
Katakan TIDAK pada hawa nafsu….dan nyatakan mulai detik ini sampai selama-selamanya syetan adalah musuh utama kita…seperti Ibrahim AS nyatakan itu di padang pasir pada saat syetan menggodanya untuk berpaling dari titah perintah Allah
Bagaimana mungkin ar rasyi…bisa bergetar mendengar do’a kita jika hati kita dan qolbu kita kotor????
Bagaimana mungkin generasi penerus cita-cita luhur pengemban amanah akan terhantar dari tangan kita jika tangan penuh dengan lumpur dosa???
Bagaimana mungkin do’a kita bisa menggedor pintu langit dan malaikat menyambutnya...kalau lisan kita penuh dusta....???
Bagaimana mungkin rahmat Allah menyapa kita, jika otak kita penuh dengan siasah dan taktik licik untuk menipuNya?
Sekali lagi saudaraku katakan TIDAK pada hawa nafsu, pada syetan laknatullah
Janganlah mengikuti langkah-langkah syetan dan berbohonglah pada perasaanmu sendiri, berbohonglah pada hawa nafsu yang akan membuatmu celaka
Dan terakhir...
Harum semerbak bunga melati di taman puri
Dijadikan hiasan mahkota mempelai putri
Tanda/lambang kesucian dan kelembutan hati
Lembutnya hati bila berhiaskan Asma Ilaahi

Lembut tampaknya buih dihempas ombak
Terpukau mata seakan kabut yang berarak
Padahal buih sisa hempasan perasaan riak-riak
Banyak manusia seakan dirinya berakhlaq
Padahal hatinya senantiasa memberontak
Akui berhati lembut, ternyata keras berpijak.

Baru disadari ternyata diri banyak tertipu
Menyangka hati telah lembut
Menyangka diri telah jadi kekasih Allah
Menyangka diri telah berbuat baik
Menyangka dan menyangka
Yang selalu diulang dan menjadi bayangan diri
Bukankah ini khayalan yang pasti?

Kini... terlihat batu telah berada dalam suatu proses
Ternyata batu yang keras bukan saja dapat dipecahkan
Melainkan dapat pula dihaluskan laksana tepung
Ternyata disini pulalah letak ketinggian mutunya karena telah berubah fungsi selaku penghalus dan pengokoh suatu bangunan.

Oh... inikah maksud pelajaran dari melembutnya sebongkah batu
Tertunduk wajah menyimpan rasa malu
Seulas cibiran menukik di diri sambil berkata.....
Batu yang keras saja ternyata sabar memproses diri
Lalu bagaimana diri ini: “HATI” hakikatnya
Telah tercipta dalam kondisi lembut
Tak mampu berproses menuju kelembutan
Mengapa diri tak merasa malu dengan kekerasan hati
Bukannya hati yang mengeras.... tetapi nafsulah yang menjadikan hati tampil mengeras

Sehingga tak mampu hati tersentuh kelembutan Ilaahi
Sehingga tak mampu hati menangkap isyarat berhikmah
Sehingga tak mampu hati bergetar dan menangis,
Bila diingatkan dan disentuh ayat-ayat Al Qur\'an.
Oh alangkah keras dan membatunya hati...
Wahai Allah wahai Rabbi Dzat pendidik kami
Kerasnya hati kami, tak pernah kau membenci
Engkau tersenyum melihat tingkah polah kami
Laksana seorang ibu selalu sabar menjagai
Rahmat terus kau beri agar tersadar diri ini
Sungguh kami adalah hamba yang tak pandai mensyukuri

Wahai Allah wahai Rabbi tempat kami mengadu
Selangkah demi selangkah kami tinggalkan nafsu
Agar mencair hati yang selama ini keras membatu
Baru kami mengerti betapa pemurahnya sifat-Mu
Kami yang selama ini acuh dengan sabar kau tunggu
Oh ternyata kami adalah hamba yang tak mau tahu

Wahai Allah wahai Rabbi sumber segala bahagia
Banyak sudah hidup kami yang tersia-sia
Tanpa kami sadari kelak berakhir petaka
Karena terlena pada keindahan fatamorgana
Mohon kiranya agar waktu yang masih tersisa
Untuk berbakti dan bersyukur selaku hamba.
Dan ini puisi favorite sang pecinta sejati........
Cinta....
Tuhan…….
Saat aku menyukai seseorang teman
Ingatkanlah aku akan ada sebuah akhir
Sehingga aku tetap bersama yang tak berakhir
Tuhan….
Ketika aku merindukan seorang kekasih
Rindukan aku kepada yang rindu cinta sejatiMu
Tuhan….
Jika kembali mencintai seseorang
Teruskan aku dengan orang yang mencintaiMu
Agar bertambah kuat cintaku padaMu
Tuhan….
Ketika aku sedang jatuh cinta
Agar tak melebihi cintaku padaMu
Tuhan....
Ketika aku berucap aku cinta padaMu
Biarlah kukatakan kepada yang hatinya terpaut padaMu
Agar aku tak jatuh cinta
Dalam cinta yang bukan karenaMu
Sebagaimana orang bijak berucap
Mencintai seseorang bukan apa-apa
Dicintai seseorang adalah sesuatu
Dicintai oleh orang yang kau cinta
Sangatlah berarti
Tapi……..
Dicintai oleh seorang pecintaMu
Adalah segalanya……….
Wallahua'alam bishowab
Penulis : Rina M. Taufik

Monday 29 November 2010

Do'a Maqbul

Orang-orang yang dikabulkan do'a-nya


Banyak orang yang tidak bisa memanfaatkan kesempatan untuk berdo'a, padahal boleh jadi seseorang itu tergolong yang mustajab do'anya tetapi kesempatan baik itu banyak disia-siakan. Maka seharusnya setiap muslim memanfaatkan kesempatan tersebut untuk berdoa sebanyak mungkin baik memohon sesuatu yang berhubungan dengan dunia atau akhirat.

Di antara orang-orang yang doanya mustajab.

1. Doa Seorang Muslim Terhadap Saudaranya dari Tempat yang jauh.

Dari Abu Darda' bahwa dia berkata bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Artinya : Tidaklah seorang muslim berdoa untuk saudaranya yang tidak di hadapannya, maka malaikat yang ditugaskan kepadanya berkata : "Amin, dan bagimu seperti yang kau doakan".
(Shahih Muslim, kitab Doa wa Dzikir bab Fadli Doa fi Dahril Ghalib).
Imam An-Nawawi berkata bahwa hadits di atas menjelaskan tentang keutamaan seorang muslim mendoakan saudaranya dari tempat yang jauh, jika seandainya dia mendoakan sejumlah atau sekelompok umat Islam, maka tetap mendapatkan keutamaan tersebut.
Oleh sebab itu sebagian ulama salaf tatkala berdoa untuk diri sendiri dia menyertakan saudaranya dalam doa tersebut, karena disamping terkabul dia akan mendapatkan sesuatu semisalnya.
(Syarh Shahih Muslim karya Imam An-Nawawi 17/49)

Dari Shafwan bin Abdullah bahwa dia berkata :
Saya tiba di negeri Syam lalu saya menemui Abu Darda' di rumahnya, tetapi saya hanya bertemu dengan Ummu Darda' dan dia berkata :
Apakah kamu ingin menunaikan haji tahun ini ? Saya menjawab : Ya.
Dia berkata : Doakanlah kebaikan untuk kami karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Artinya : Doa seorang muslim untuk saudaranya yang tidak ada dihadapannya terkabulkan dan disaksikan oleh malaikat yang ditugaskan kepadanya, tatkala dia berdoa untuk saudaranya, maka malaikat
yang di tugaskan kepadanya mengucapkan : Amiin dan bagimu seperti yang kau doakan".
Shafwan berkata : "Lalu saya keluar menuju pasar dan bertemu dengan Abu Darda', beliau juga mengutarakan seperti itu dan dia meriwayatkannya dari Nabi. (Shahih Muslim, kitab Dzikir wa Doa bab Fadlud Doa Lil Muslimin fi Dahril Ghaib 8/86-87)
Syaikh Al-Mubarak Furi berkata bahwa jika seorang muslim mendoakan saudaranya kebaikan dari tempat yang jauh dan tanpa diketahui oleh saudara tersebut, maka doa tersebut akan dikabulkan, sebab doa seperti itu lebih berbobot dan ikhlas karena jauh dari riya dan sum'ah serta berharap imbalan sehingga lebih diterima oleh Allah. (Mir'atul Mafatih 7/349-350)
Catatan :
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata bahwa Imam Karmani menukil dari Al-Qafary bahwa ucapan doa seorang : "Ya Allah ampunilah dosa semua kaum muslimin" adalah doa terhadap sesuatu yang mustahil sebab pelaku dosa besar mungkin masuk Neraka dan masuk Neraka bertolak belakang dengan permohonan pengampunan, bisa saja pelaku dosa besar di doakan, sebab yang mustahil adalah mendoakan pelaku dosa besar yang kekal di Neraka, selagi masih bisa keluar karena syafaat atau dimaafkan, maka itu termasuk pengampunan secara keseluruhan.
Ucapan orang di atas bertentangan dengan doa Nabi Nuh 'Alaihis Salam dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala : "Artinya : Ya Rabb! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang-orang mukmin yang masuk ke rumahku dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan". (Nuh : 28).
Dan juga bertentangan dengan doa Nabi Ibrahim 'Alaihis Salam dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala : "Artinya : Ya Rabbi, ampunilah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab". (Ibrahim : 41)
Serta Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam juga diperintahkan seperti itu yang terdapat dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala : "Artinya : Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan". (Muhammad : 19)
Yang jelas permohonan dengan lafazh umum tidak mengharuskan permohonan untuk setiap orang secara kolektif.
Mungkin yang dimaksud oleh Al-Qafary bahwa mendoakan kaum muslimin secara kolektif dilarang bila seorang yang berdoa menginginkan keseluruhan tanpa pengecualian dan bukan pelarangan terhadap syariat doanya. (Fathul Bari 11/202)

2. Orang yang Memperbanyak Berdoa Pada Saat Lapang dan Bahagia

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Artinya :Barangsiapa yang ingin doanya terkabul pada saat sedih dan susah,maka hendaklah memperbanyak berdoa pada saat lapang". (Sunan At-Tirmidzi), kitab Da'awaat bab Da'watil Muslim mustajabah 12/274. Hakim dalam Mustadrak. Dishahihkan oleh Imam Dzahabi 1/544, dan di
hasankan oleh Al-Albani No. 2693).
Syaikh Al-Mubarak Furi berkata bahwa makna hadits di atas adalah hendaknya seseorang memperbanyak doa pada saat sehat, kecukupan dan selamat dari cobaan, sebab ciri seorang mukmin adalah selalu dalam keadaan siaga sebelum membidikkan panah. Maka sangat baik jika seorang mukmin selalu berdoa kepada Allah sebelum datang bencana berbeda dengan orang kafir dan zhalim sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala : "Artinya : Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya ; kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdoa (kepada Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu".
(Az-Zumar :8).
Dan firman Allah : "Artinya : Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri,tetapi setelah
Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya". (Yunus : 12. Mir'atul Mafatih 7/360).

3. Orang yang teraniaya

Dari Mu'adz bin Jabal Radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Artinya : Takutlah kepada doa orang-orang yang teraniyaya, sebab tidak ada hijab antaranya dengan Allah (untuk mengabulkan)".(Shahih Muslim, kitab Iman 1/37-38)
Dari Abu Hurairah bahwa dia berkata bahwasanya Rasulullah
bersabda :
"Artinya : Doanya orang yang teraniaya terkabulkan, apabila dia seorang durhaka, maka kedurhakaannya akan kembali kepada diri sendiri". (Musnad Ahmad 2/367. Dihasankan sanadnya oleh Mundziri dalam Targhib 3/87 dan Haitsami dalam Majma' Zawaid 10/151, dan Imam 'Ajluni No. 1302)

4 & 5. Doa Orang Tua terhadap anaknya dan Doa seorang musafir

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : "Artinya : Tiga orang yang doanya pasti terkabulkan ; doa orang yang teraniyaya; doa seorang musafir dan doa orang tua terhadap anaknya". (Sunan Abu Daud, kitab Shalat bab Do'a bi Dhahril Ghaib 2/89. Sunan At-Tirmidzi, kitab Al-Bir bab Doaul Walidain 8/98-99.Sunan Ibnu Majah, kitab Doa 2/348 No. 3908. Musnad Ahmad 2/478. ihasankan Al-Albani dalam Silsilah Shahihah No. 596)

6. Doa Orang yang sedang puasa

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu bahwa dia berkata bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Artinya : Tiga doa yang tidak ditolak ; doa orang tua terhadap anaknya ; doa orang yang sedang berpuasa dan doa seorang musafir". (Sunan Baihaqi, kitab Shalat Istisqa bab Istihbab Siyam Lil Istisqa' 3/345. Dishahihkan oelh Al-Albani dalam Silsilah Shahihah No. 797).

7. Doa Orang dalam keadaan terpaksa

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman : "Artinya : Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepadanya,dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi ? Apakah disamping Allah ada tuhan
(yang lain)? Amat sedikitlah kamu menginga(Nya)". (An-Naml : 62)
Imam As-Syaukani berkata bahwa ayat diatas menjelaskan betapa manusia sangat membutuhkan Allah dalam segala hal terlebih orang yang dalam keadaan terpaksa yang tidak mempunyai daya dan upaya. Sebagian ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan orang terpaksa adalah orang-orang yang berdosa dan sebagian yang lain berpendapat bahwa yang dimaksud terpaksa adalah orang-orang yang hidup dalam kekurangan, kesempitan atau sakit, sehingga harus mengadu kepada Allah.
Dan huruf lam dalam kalimat Al-Mudhthar untuk menjelaskan jenis bukan istighraq (keseluruhan). Maka boleh jadi ada sebagian orang yang berdoa dalam keadaan terpaksa tidak dikabulkan dikarenakan adanya penghalang yang mengh alangi terkabulnya doa tersebut. Jika tidak ada penghalang, maka Allah telah menjamin bahwa doa orang dalam keadaan terpaksa pasti dikabulkan.
Yang menjadi alasan doa tersebut dikabulkan karena kondisi terpaksa bisa mendorong seseorang untuk ikhlas berdoa dan tidak meminta kepada selain-Nya. Allah telah mengabulkan doa orang-orang yang ikhlas berdoa meskipun dari orang kafir, sebagaimana firman Allah : "Artinya : Sehingga tatkala kamu di dalam bahtera, dan meluncurkan bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan keta'atan kepada-Nya semata-mata'. (Mereka berkata) :'Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini,pastilah kami termasuk orang-orang yang bersyukur". (Yunus : 22)
Dan Allah berfirman dalam ayat lain : "Artinya : Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Alla)".(Al-Ankabut : 65)
Dari ayat di atas Allah mengabulkan doa mereka, padahal Allah tahu bahwa mereka pasti akan kembali kepada kesyirikan. (Fathul Qadir 4/146-147)
Imam Ibnu Katsir berkata bahwa Imam Hafizh Ibnu 'Asakir mengisahkan seorang yang bernama Abu Bakar Muhammad bin Daud Ad-Dainuri yang terkenal dengan kezuhudannya. Orang tersebut berkata :
"Saya menyewakan kuda tunggangan dari Damaskus ke negeri Zabidany, pada satu ketika ada seorang menyewa kuda saya dan meminta untuk melewati jalan yang tidak pernah saya kenal sebelumnya".
Dia berkata : "Ambillah jalan ini karena lebih dekat".
Saya bertanya : "Bolehkah saya memilih jalan ini".
Dia berkata : "Bahkan jalan ini lebih dekat".
Akhirnya kami berdua menempuh jalan itu sehingga kami sampai pada suatu tempat yang angker dan jurangnya yang sangat curam yang di dalamnya terdapat banyak mayat.
Orang tersebut berkata : "Peganglah kepala kudamu, saya akan turun".
Setelah dia turun dan menyingsingkan baju lalu menghunuskan golok bermaksud ingin membunuh saya, lalu saya melarikan diri darinya, akan tetapi dia mampu mengejarku.
Saya katakan kepadanya : "Ambillah kudaku dan semua yang ada padanya".
Dia berkata : "Kuda itu sudah milikku, tetapi aku ingin membunuhmu".
Saya mencoba menasehati agar dia takut kepada Allah dan siksaan-Nya tetapi ternyata dia seorang yang tidak mudah menerima nasehat, akhirnya saya menyerahkan diri kepadanya.
Saya berkata kepadanya : "Apakah anda mengizinkan saya untuk shalat?"
Dia berkata : "Cepat shalatlah!"
Lalu saya beranjak untuk shalat akan tetapi badan saya gemetar sehingga saya tidak mampu membaca ayat Al-Qur'an sedikitpun dan hanya berdiri kebingungan.
Dia berkata : "cepat selesaikan shalatmu!", maka setelah itu seakan-akan Allah membukakan mulut saya dengan suatu ayat yang "Artinya : Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepadanya, dan yang menghilangkan kesusahan". (An-Naml : 62)
Tidak terduga muncul dari mulut bukit seorang satria datang ke arah kami dengan menggemgam tombak di tangannya, lalu melempar tombak tersebut ke arah orang tadi dan tombakpun mengenai jantungnya lalu seketika itu orang tersebut langsung mati terkapar.
Setelah itu, maka saya memegang erat-erat satria tersebut dan saya bertanya : "Demi Allah siapakah engkau sebenarnya?"
Dia mejawab : "Saya adalah utusan Dzat Yang Maha Mengabulkan permohonan orang-orang yang dalam keadaan terpaksa tatkala dia berdoa dan menghilangkan segala malapetaka".
Kemudian saya mengambil kuda dan semua harta lalu pulang dalam keadaan selamat. (Tafsir Ibnu Katsir 3/370-371)
Wahai orang yang ingin dikabulkan doanya, perbanyaklah berdoa pada waktu lapang agar doa Anda dikabulkan pada saat lapang dan sempit. Semoga ada manfaatnya buat menambah pengetahuan dan ke imanan kita, Aamiin yaa Rabbal`alamin.

Disalin dari buku Jahalatun nas fid du'a, edisi Indonesia
Kesalahan Dalam Berdoa oleh Ismail bin Marsyud bin
Ibrahim Ar-rumaih, hal 174-180 terbitan Darul Haq,
penerjemah Zaenal Abidin Lc

Wednesday 24 November 2010

Taubat



Taubat Nasuha
Taubat adalah kembali kepada Allah setelah melakukan maksiat.
Taubat marupakan rahmat Allah yang diberikan kepada hamba-Nya agar mereka dapat kembali kepada-Nya. Agama Islam tidak memandang manusia bagaikan malaikat tanpa kesalahan dan dosa sebagaimana Islam tidak membiarkan manusia berputus asa dari ampunan Allah, betapa pun dosa yang telah diperbuat manusia. Bahkan Nabi Muhammad telah membenarkan hal ini dalam sebuah sabdanya yang berbunyi: "Setiap anak Adam pernah berbuat kesalahan/dosa dan sebaik-baik orang yang berbuat dosa adalah mereka yang bertaubat (dari kesalahan tersebut)”.
Di antara kita pernah berbuat kesalahan terhadap diri sendiri sebagaimana terhadap keluarga dan kerabat bahkan terhadap Allah. Dengan segala rahmatnya, Allah memberikan jalan kembali kepada ketaatan, ampunan dan rahmat-Nya dengan sifat-sifat-Nya yang Maha Penyayang dan Maha Penerima Taubat. Seperti diterangkan dalam surat Al Baqarah: 160 "Dan Akulah yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang."
Taubat dari segala kesalahan tidaklah membuat seorang terhina di hadapan Tuhannya. Hal itu justru akan menambah kecintaan dan kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya karena sesungguhnya Allah sangat mencintai orang-orang yang bertaubat dan mensucikan diri. Sebagaimana firmanya dalam surat Al-Baqarah: 222, "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri."
Taubat dalam Islam tidak mengenal perantara, bahkan pintunya selalu terbuka luas tanpa penghalang dan batas. Allah selalu menbentangkan tangan-Nya bagi hamba-hamba-Nya yang ingin kembali kepada-Nya. Seperti terungkap dalam hadis riwayat Imam Muslim dari Abu musa Al-Asy`ari: "SesungguhnyaAllah membentangkan tangan-Nya di siang hari untuk menerima taubat orang yang berbuat kesalahan pada malam hari sampai matahari terbit dari barat."
Merugilah orang-orang yang berputus asa dari rahmat Allah dan membiarkan dirinya terus-menerus melampai batas. Padahal, pintu taubat selalu terbuka dan sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya karena sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha penyayang.
Tepatlah kiranya firman Allah dalam surat Ali Imran ayat: 133, "Bersegaralah kepada ampunan dari tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya baik di waktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampunan terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui."
Taubat yang tingkatannya paling tinggi di hadapan Allah adalah "Taubat Nasuha", yaitu taubat yang murni. Sebagaimana dijelaskan dalam surat At-Tahrim: 66, "Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam sorga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bresamanya, sedang cahaya mereka memancar di depan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan 'Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kamidan ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu'".
Taubat Nasuha adalah bertaubat dari dosa yang diperbuatnya saat ini dan menyesal atas dosa-dosa yang dilakukannya di masa lalu dan brejanji untuk tidak melakukannya lagi di masa mendatang. Apabila dosa atau kesalahan tersebut terhadap bani Adam (sesama manusia), maka caranya adalah dengan meminta maaf kepadanya. Rasulullah pernah ditanya oleh seorang sahabat, "Apakah penyesalan itu taubat?", "Ya", kata Rasulullah (H.R. Ibnu Majah). Amr bin Ala pernah mengatakan: "Taubat Nasuha adalah apabila kamu membenci perbuatan dosa sebagaimana kamu pernah mencintainya".
Syarat Taubat Diterima
Agar taubat seseorang itu diterima, maka dia harus memenuhi tiga hal yaitu:
(1) Menyesal, (2) Berhenti dari dosa, dan (3) Bertekad untuk tidak mengulanginya.
Taubat tidaklah ada tanpa didahului oleh penyesalan terhadap dosa yang dikerjakan. Barang siapa yang tidak menyesal maka menunjukkan bahwa ia senang dengan perbuatan tersebut dan menjadi indikasi bahwa ia akan terus menerus melakukannya. Akankah kita percaya bahwa seseorang itu bertaubat sementara dia dengan ridho masih terus melakukan perbuatan dosa tersebut? Hendaklah ia membangun tekad yang kuat di atas keikhlasan, kesungguhan niat serta tidak main-main. Bahkan ada sebagian ulama yang menambahkan syarat yang keempat, yaitu tidak mengulangi perbuatan dosa tersebut. sehingga kapan saja seseorang mengulangi perbuatan dosanya, jelaslah bahwa taubatnya tidak benar. Akan tetapi sebagian besar para ulama tidak mensyaratkan hal ini.
Tunaikan Hak Anak Adam yang Terzholimi
Jika dosa tersebut berkaitan dengan hak anak Adam, maka ada satu hal lagi yang harus ia lakukan, yakni dia harus meminta maaf kepada saudaranya yang bersangkutan, seperti minta diikhlaskan, mengembalikan atau mengganti suatu barang yang telah dia rusakkan atau curi dan sebagainya.
Namun apabila dosa tersebut berkaitan dengan ghibah (menggunjing), qodzaf (menuduh telah berzina) atau yang semisalnya, yang apabila saudara kita tadi belum mengetahuinya (bahwa dia telah dighibah atau dituduh), maka cukuplah bagi orang telah melakukannya tersebut untuk bertaubat kepada Alloh, mengungkapkan kebaikan-kebaikan saudaranya tadi serta senantiasa mendoakan kebaikan dan memintakan ampun untuk mereka. Sebab dikhawatirkan apabila orang tersebut diharuskan untuk berterus terang kepada saudaranya yang telah ia ghibah atau tuduh justru dapat menimbulkan peselisihan dan perpecahan diantara keduanya.
Nikmat Dibukanya Pintu Taubat
Apabila Alloh menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka Alloh bukakan pintu taubat baginya. Sehingga ia benar-benar menyesali kesalahannya, merasa hina dan rendah serta sangat membutuhkan ampunan Alloh. Dan keburukan yang pernah ia lakukan itu merupakan sebab dari rahmat Alloh baginya. Sampai-sampai setan akan berkata, Duhai, seandainya aku dahulu membiarkannya. Andai dulu aku tidak menjerumuskannya kedalam dosa sampai ia bertaubat dan mendapatkan rahmat Alloh.” Diriwayatkan bahwa seorang salaf berkata, “Sesungguhnya seorang hamba bisa jadi berbuat suatu dosa, tetapi dosa tersebut menyebabkannya masuk surga.” Orang-orang bertanya, “Bagaimana hal itu bisa terjadi?” Dia menjawab, “Dia berbuat suatu dosa, lalu dosa itu senantiasa terpampang di hadapannya. Dia khawatir, takut, menangis, menyesal dan merasa malu kepada Robbnya, menundukkan kepala di hadapan-Nya dengan hati yang khusyu’. Maka dosa tersebut menjadi sebab kebahagiaan dan keberuntungan orang itu, sehingga dosa tersebut lebih bermanfaat baginya daripada ketaatan yang banyak.”

Friday 19 November 2010

Tidur


Hikmah Tidur Miring Ke Kanan

Dari al-Barra` bin Azib, Baginda Nabi Muhammad SAW bersabda, Maksud Hadits:
Apabila kamu hendak tidur,maka berwudhulah (dengan sempurna) seperti kamu berwudhu untuk shalat, kemudian berbaringlah di atas sisi tubuhmu yang kanan
Berbaringlah di atas rusuk sebelah kananmu.” (Al-Bukhari)

1. Mengistirahatkan otak sebelah kiri

Secara anatomis, otak manusia terbagi menjadi dua bagian kanan dan kiri. Bagian kanan adalah otak yang mempersarafi organ tubuh sebelah kiri dan sebaliknya. Umumnya ummat muslim menggunakan organ tubuh bagian kanan sebagai anggota tubuh yang dominan dalam beraktifitas seperti makan, memegang dan lainnya. Dengan tidur pada posisi sebelah kanan, maka otak bagian kiri yang mempersarafi segala aktiftas organ tubuh bagian kanan akan terhindar dari bahaya yang timbul akibat sirkulasi yang melambat saat tidur/diam. Bahaya tersebut meliputi pengendapan bekuan darah, lemak , asam sisa oksidasi, dan peningkatan kecepatan atherosclerosis atau penyempitan pembuluh darah. Sehingga jika seseorang beresiko terkena stroke, maka yang beresiko adalah otak bagian kanan, dengan akibat kelumpuhan pada sebelah kiri (bagian yang tidak dominan).

2. Mengurangi beban jantung

Posisi tidur kesebelah kanan yang rata memungkinkan cairan tubuh (darah) terdistribusi merata dan terkonsentrasi di sebelah kanan (bawah). Hal ini akan menyebabkan beban aliran darah yang masuk dan keluar jantung lebih rendah. Dampak posisi ini adalah denyut jantung menjadi lebih lambat, tekanan darah juga akan menurun. Kondisi ini akan membantu kualitas tidur.

3. Mengistirahatkan lambung

Lambung manusia berbentuk seperti tabung berbentuk koma dengan ujung katup keluaran menuju usus menghadap kearah kanan bawah. Jika seorang tidur kesebelah kiri maka proses pengeluaran chime (makanan yang telah dicerna oleh lambung dan bercampur asam lambung) akan sedikit terganggu, hal ini akan memperlambat proses pengosongan lambung. Hambatan ini pada akhirnya akan meningkatkan akumulasi asam yang akan menyebabkan erosi dinding lambung. Posisi ini juga akan menyebabkan cairan usus yang bersifat basa bias masuk balik menuju lambung dengan akibat erosi dinding lambung dekat pylorus.

4. Meningkatkan pengosongan kandung empedu, pankreas

Adanya aliran chime yang lancar akan menyebabkan keluaran cairan empedu juga meningkat, hal ini akan mencegah pembentukan batu kandung empedu. Keluaran getah pancreas juga akan meningkat dengan posisi mirin ke kanan.

5. Meningkatkan waktu penyerapan zat gizi

Saat tidur pergerakan usus menigkat. Dengan posisi sebelah kanan, maka perjalanan makann yang telah tercerna dan siap di serap akan menjadi lebih lama, hal ini disebabkan posisi usus halus hingga usus besar ada dibawah. Waktu yang lamam selamat tidur memungkinkan penyerapan bias optimal.

6. Merangsang buang air besar (BAB)

Dengan mtidur miring ke sebelah kanan , proses pengisian usus besar sigmoid (sebelum anus) akan lebih cepat penuh, jika sudah penuh akan merangsang gerak usus besar diikuti relaksasi dari otot anus sehingga mudah buang air Besar.

7. Mengisitirahatkan kaki kiri

Pada orang dengan pergerakan kanan, secara ergonomis guna menyeimbangkan posisi saat beraktifitas cenderung menggunakan kaki kiri sebagai pusat pembebanan. Sehingga kaki kiri biasanya cenderung lebih merasa pegal dari kanan, apalgi kaki posisi paling bawah dimana aliran darah balik cenderung lebih lambat. Jika tidur miring kanan , maka pengosongan vena kaki kiri akan lebih cepat sehingga rasa pegal lebih cepat hilang. Dari uraian diatras tampak banyak manfaat tidur dengan posisi miring. Mudah-mudahan uraian tersebut dapat membawa manfaat bagi umat dalam mengamalkan salah satu sunnah nabi.
“Sesungguhnya telah ada pada (DIRI) Rasulullah itu suri teladan yang BAIK bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Alloh dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Alloh.” (Al Ahzab : 21)

Dikutip dari : http://majelisvirtual.com/2010/04/21/hikmah-tidur-miring-ke-kanan/

Jangan Usil

Tuesday 1 June 2010

Nadziran



Siapkah anda menghadapi empat pertanyaan di padang mahsyar?

Setiap muslim wajib mengimani hari akhir atau hari Qiamat. Di dalam hadits shahih diterangkan bahwa setelah dunia ini hancur, manusia yang di dalam kubur dibangkitkan dan semua akan dikumpulkan oleh Allah di padang mahsyar. Siapkah kita menghadapi peristiwa tersebut? Apa saja yang akan terjadi pada saat itu?
Pada saat itu manusia akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah Ta’ala tentang segala macam yang telah dilakukan selama hidup di dunia ini. Pada hari itu hanya ada penguasa tunggal yaitu Allah SWT yang telah memberikan berbagai macam nikmat kepada manusia, kemudian menyuruh menggunakan nikmat tersebut sebaik-baiknya dalam rangka mengabdi kepada Nya.
Karena Allah yang telah mengaruniakan nikmat-nikmat itu kepada manusia, maka sangat wajar ia menanyakan pada manusia untuk apa nikmat-nikmat itu digunakan.
Dalam sebuah Haditsnya Rasulullah SAW bersabda :”Tidakklah bergeser kedua kaki seorang hamba (menju batas shiratul mustaqim) sehingga ia ditanya tentang umurnya untuk apa ia habiskan, ilmunya untuk apa ia amalkan, hartanya dariman ia peroleh dan kemana ia habiskan dan badannya untuk apa ia gunakan”. (Hadits Shahih Riawayat At Tirmidzi dan Ad darimi)

1. Umur

Umur adalah sesuatu yang tidak pernahlepas dari manusia. Bila kita berbicara tentang umur, maka berarti kita bicara tentang waktu. Allah dalamAl Qur’an telah bersumpah dengan waktu :”Demi masa”, maksudnya agar manusia lebih memperhatikan waktu. Waktu yang diberikan Allah adalah 24 jam dalam sehari semalam. Untuk apa kita gunakan waktu itu? Ataukah waktu itu untuk beribadah atau untuk yang lain, yang sia-sia?
Diantara sebab-sebab kemunduran umat islam ialah bahwa mereka tidak pandai menggunak waktu untuk hal-hal yang bermanfaat, sebagian besar waktunya untuk bergurau, bercanda , ngobrol tentang hal-hal yang tidak bermanfaat bahkan terkadang kepada perdebatan yang tidak berarti dan pertikaian. Sementara orang-orang kafir menggunakan waktu sebaik-baiknya, sehingga mereka maju dalam dalam berbagai bidang kehidupan dan menguasai ilm pengetahuan dan teknologi.
Keadaan umat islam saat ini sangat memprihatinkan. Ada di antara mereka yang tidak mengerti ajaran agamanya dan ada yang tidak mengerti ilmu pengetahuan umum. Bahkan ada dianta mereka yang buta huruf baca tulis Al Qur’an. Bila kita meningkatkan iman dan amal, maka seharusnya kita bertanya pada diri kita masing-masing. Sudah berapa umur kita hari ini dan apa yang sudah kita ketahui tentang islam, apa pula yang sudah kita amalkan dari ajaran islam ini? Janganlah kita termasuk orang yang merugi.
2. Ilmu

Yang membedakan antara muslim dan kafir adalah ilmu dan amal. Orang islam berbeda amaliahnya dengan orang kafir dalam segala hal, dari mulai kebersihan, berpakaian, berumah tangga, mermuammalah dan lain-lain. Muslim diperintahkan oleh Allah dan RasulNYa agar menuntut ilmu. Allah berfirman:”Apakah sama orang yang tahu (berilmu) dengan yang tidak berilmu?” (Q.S.AzZumar 9)
Ayat ini kendatipun berbentuk pertanyaan tetapi mengandung perintah untuk menuntut ilmu. Menuntut ilmu agama hukumnya wajib atas setiap individu muslim (wajib ain), misalnya tentang membersihkan najis, berwudhu yang benar, cara shalat yang benar dan hal-hal yang dilaksanakan setiap hari. Karena bila ia tidak tahu, maka amalannya akan tertolak, dan Allah akan bertanya kepadanya kenapa ia mengikuti apa yang ia tidak ketahui, seperti dalam firmanNya:”Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanyaitu akan diminta pertanggungjawabannya”.(Q.S. Al Isra’:36).
Ilmu yang sudah dipelajari oleh umat Islam harus digunakan untuk kepentingan Islam. Ilmu yang sudah dituntut dan dipelajari wajib diamalkan menurut syari’at Islam. Ilmu tidak akan berarti apa-apa dalam hidup dan kehidupan manusia kecuali bila mnusia mengamalkannya. Rasulullah SAW bersabda:”Beramallah kamu (dengan ilmu yang ada) karena tiap-tiap orang dimudahkan menurut apa-apa yang Allah ciptakan atasnya” (HR. Muslim)

3. Harta


Rasulullah SAW bersabda:”Bagi tiap-tiap umat itu fitnah dan sesungguhnya fitnah umatku adalah harta” (HR. At Turmudzi dan Hakim)
Hartapada hakikatnya adalah milik Allah. Harta adalah amanat Allah yang dilimpahkan kepada umat manusia agar ia mencari harta itu dengan halal, menggunakan harta itu pada tempat yang telah ditetapkan oleh syari’at Islam. Bila kita amati keadaan umat Islam saat ini, banyak kita dapati diantaranya mereka yang tidak lagi peduli dengan cara mengumpulkan hartanya apakah dari jalan yang halal atau dari jalan yang haram. Rasulullah SAW telah meramalkan hal itu dengan sabdanya:” Nanti akan datang suatu masa, dimasa itu manusia tidak peduli dari mana harta itu ia peroleh, apakah dari yang halal ataukah dari yang haram”. (HR. Bukhari).
Setiap muslim harus hati-hati dalam mencari mata pencaharian hidupnya karena banyak manusia yang terdesak masalah ekonomi lalu ia menjadi kalut hingga tidak peduli lagi harta itu dari mana ia peroleh. Ada yang memperoleh harta dari usaha-usaha yang batil, misalnya hutang yang tidak dibayar, korupsi, riba, merampok, berjudi dan lain sebagainya. Orang yang mencari usaha dari yang haram akan mendapat siksa dari Allah, seperti disabdakan oleh Rasulullah SAW:”Barang siapa yang dagingnya tumbuh dari barang yang haram, maka neraka itu lebih patut baginya (sebagai tempat)”. (HR. Al Hakim).
Harta yang kita dapat dengan cara yang halal harus pula kita infaqkan pada jalan yang benar pula. Bila tadi diterangkan bahwa harta itu milik Allah, maka wajob pula kita gunakan harta itu untuk dalam rangka menegakkan kalimat Allah di muka bumi ini.
Di dalam Al Qur’an ada delapan golongan yang berhak mendapat zakat, yaitu para fuqara, masakin, anil, muallaf, untuk membebaskan budak, orang-orang yang berhutang, untuk perjuangan jalan Allah dan orang yang sedang dalam perjalanan. Di masa-masa sekarang ada beberapa kelompok yang masuk prioritas utama yang berhak mendapat infaq dan shadaqah, yaitu golongan fuqara, masakin dan orang-orang yang dijalan Allah.
Orang fakir adalah orang yang butuh, tetapi tidak mempunyai pekerjaan sedangkan hidupnya digunakan untuk membantu agama Islam. Jadi orang fakir yang dibantu adalah orang yang memang hidupnya untuk berjuang dijalan Allah bukan pemalas yang tidak mau berusaha dan tidak melaksanakan syari’at Islam. Sedangkan orang miskin adalah orang yang berusaha tetapi usahanya hanya mencukupi kebutuhan minimalnya dalam keluarganya untuk makan sehari-hari.

4. Badan

Manusia merupakan mahluk yang paling sempurna diciptakan Allah di muka bumi ini. Dengan kesempurnaan susunan tubuh serta akal fikiran yang diberikan Allah, manusia dijadikan sebagai khalifah di bumi, manusia dibebani taklif agar dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Jasmani manusia ini dituntut bekerja untuk melaksanakan fungsi sebagai khalifah dalam rangka mengabdi kepada Allah. Letihnya manusia dalam melaksanakan ibadah kepada Allah akan diganjar dengan pahala. Tetapi apabila letihnya dalam rangka bermain-main, mengerjakan maksiat, perbuatan sia-sia, beribadah dengan yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah SAW, maka sia-sialah letihnya itu bahkan ada yang akan diganjar dengan api Neraka, karena mereka termasuk orang yang celaka, sebagaimana sabda Rasulllah SAW :”Tiap-tiap amal(pekerjaan) ada masa-masa semangat, dan tiap-tiap masa semangat ada masa lelahnya, maka barang siapa yang lelah letihnya karena melaksanakan sunnahku, maka ia telah mendapat petunjuk, dan barang siapa yang lelah dan letihnya bukan karena melaksanakan sunnahku, maka ia termasuk orang yang binasa”. (HR. Al Hakim dan Al Baihaqi)
Demikianlah, pada hari mahsyar masing-masing manusia akan diminta pertanggungjawabannya atas segala perbuatan yang telah dikerjakannya selam masa hidupnya di dunia. Sudah siapkah kita menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan kepada kita saat itu? Kalau belum kapan lagi kita mempersiapkan diri kalau tidak sekarang?
Segala puji bagi Allah, Penguasa sekalian alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan atas Nabi kita Muhammad SAW dan keluarganya dan para sahabatnya.

Dikutip dari Jeddah Da’wah Centre
Oleh Ust. Yazid Abdul Qadir Jawas
Powered by Blogger.

Followers