Tuesday 1 June 2010

Nadziran



Siapkah anda menghadapi empat pertanyaan di padang mahsyar?

Setiap muslim wajib mengimani hari akhir atau hari Qiamat. Di dalam hadits shahih diterangkan bahwa setelah dunia ini hancur, manusia yang di dalam kubur dibangkitkan dan semua akan dikumpulkan oleh Allah di padang mahsyar. Siapkah kita menghadapi peristiwa tersebut? Apa saja yang akan terjadi pada saat itu?
Pada saat itu manusia akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah Ta’ala tentang segala macam yang telah dilakukan selama hidup di dunia ini. Pada hari itu hanya ada penguasa tunggal yaitu Allah SWT yang telah memberikan berbagai macam nikmat kepada manusia, kemudian menyuruh menggunakan nikmat tersebut sebaik-baiknya dalam rangka mengabdi kepada Nya.
Karena Allah yang telah mengaruniakan nikmat-nikmat itu kepada manusia, maka sangat wajar ia menanyakan pada manusia untuk apa nikmat-nikmat itu digunakan.
Dalam sebuah Haditsnya Rasulullah SAW bersabda :”Tidakklah bergeser kedua kaki seorang hamba (menju batas shiratul mustaqim) sehingga ia ditanya tentang umurnya untuk apa ia habiskan, ilmunya untuk apa ia amalkan, hartanya dariman ia peroleh dan kemana ia habiskan dan badannya untuk apa ia gunakan”. (Hadits Shahih Riawayat At Tirmidzi dan Ad darimi)

1. Umur

Umur adalah sesuatu yang tidak pernahlepas dari manusia. Bila kita berbicara tentang umur, maka berarti kita bicara tentang waktu. Allah dalamAl Qur’an telah bersumpah dengan waktu :”Demi masa”, maksudnya agar manusia lebih memperhatikan waktu. Waktu yang diberikan Allah adalah 24 jam dalam sehari semalam. Untuk apa kita gunakan waktu itu? Ataukah waktu itu untuk beribadah atau untuk yang lain, yang sia-sia?
Diantara sebab-sebab kemunduran umat islam ialah bahwa mereka tidak pandai menggunak waktu untuk hal-hal yang bermanfaat, sebagian besar waktunya untuk bergurau, bercanda , ngobrol tentang hal-hal yang tidak bermanfaat bahkan terkadang kepada perdebatan yang tidak berarti dan pertikaian. Sementara orang-orang kafir menggunakan waktu sebaik-baiknya, sehingga mereka maju dalam dalam berbagai bidang kehidupan dan menguasai ilm pengetahuan dan teknologi.
Keadaan umat islam saat ini sangat memprihatinkan. Ada di antara mereka yang tidak mengerti ajaran agamanya dan ada yang tidak mengerti ilmu pengetahuan umum. Bahkan ada dianta mereka yang buta huruf baca tulis Al Qur’an. Bila kita meningkatkan iman dan amal, maka seharusnya kita bertanya pada diri kita masing-masing. Sudah berapa umur kita hari ini dan apa yang sudah kita ketahui tentang islam, apa pula yang sudah kita amalkan dari ajaran islam ini? Janganlah kita termasuk orang yang merugi.
2. Ilmu

Yang membedakan antara muslim dan kafir adalah ilmu dan amal. Orang islam berbeda amaliahnya dengan orang kafir dalam segala hal, dari mulai kebersihan, berpakaian, berumah tangga, mermuammalah dan lain-lain. Muslim diperintahkan oleh Allah dan RasulNYa agar menuntut ilmu. Allah berfirman:”Apakah sama orang yang tahu (berilmu) dengan yang tidak berilmu?” (Q.S.AzZumar 9)
Ayat ini kendatipun berbentuk pertanyaan tetapi mengandung perintah untuk menuntut ilmu. Menuntut ilmu agama hukumnya wajib atas setiap individu muslim (wajib ain), misalnya tentang membersihkan najis, berwudhu yang benar, cara shalat yang benar dan hal-hal yang dilaksanakan setiap hari. Karena bila ia tidak tahu, maka amalannya akan tertolak, dan Allah akan bertanya kepadanya kenapa ia mengikuti apa yang ia tidak ketahui, seperti dalam firmanNya:”Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanyaitu akan diminta pertanggungjawabannya”.(Q.S. Al Isra’:36).
Ilmu yang sudah dipelajari oleh umat Islam harus digunakan untuk kepentingan Islam. Ilmu yang sudah dituntut dan dipelajari wajib diamalkan menurut syari’at Islam. Ilmu tidak akan berarti apa-apa dalam hidup dan kehidupan manusia kecuali bila mnusia mengamalkannya. Rasulullah SAW bersabda:”Beramallah kamu (dengan ilmu yang ada) karena tiap-tiap orang dimudahkan menurut apa-apa yang Allah ciptakan atasnya” (HR. Muslim)

3. Harta


Rasulullah SAW bersabda:”Bagi tiap-tiap umat itu fitnah dan sesungguhnya fitnah umatku adalah harta” (HR. At Turmudzi dan Hakim)
Hartapada hakikatnya adalah milik Allah. Harta adalah amanat Allah yang dilimpahkan kepada umat manusia agar ia mencari harta itu dengan halal, menggunakan harta itu pada tempat yang telah ditetapkan oleh syari’at Islam. Bila kita amati keadaan umat Islam saat ini, banyak kita dapati diantaranya mereka yang tidak lagi peduli dengan cara mengumpulkan hartanya apakah dari jalan yang halal atau dari jalan yang haram. Rasulullah SAW telah meramalkan hal itu dengan sabdanya:” Nanti akan datang suatu masa, dimasa itu manusia tidak peduli dari mana harta itu ia peroleh, apakah dari yang halal ataukah dari yang haram”. (HR. Bukhari).
Setiap muslim harus hati-hati dalam mencari mata pencaharian hidupnya karena banyak manusia yang terdesak masalah ekonomi lalu ia menjadi kalut hingga tidak peduli lagi harta itu dari mana ia peroleh. Ada yang memperoleh harta dari usaha-usaha yang batil, misalnya hutang yang tidak dibayar, korupsi, riba, merampok, berjudi dan lain sebagainya. Orang yang mencari usaha dari yang haram akan mendapat siksa dari Allah, seperti disabdakan oleh Rasulullah SAW:”Barang siapa yang dagingnya tumbuh dari barang yang haram, maka neraka itu lebih patut baginya (sebagai tempat)”. (HR. Al Hakim).
Harta yang kita dapat dengan cara yang halal harus pula kita infaqkan pada jalan yang benar pula. Bila tadi diterangkan bahwa harta itu milik Allah, maka wajob pula kita gunakan harta itu untuk dalam rangka menegakkan kalimat Allah di muka bumi ini.
Di dalam Al Qur’an ada delapan golongan yang berhak mendapat zakat, yaitu para fuqara, masakin, anil, muallaf, untuk membebaskan budak, orang-orang yang berhutang, untuk perjuangan jalan Allah dan orang yang sedang dalam perjalanan. Di masa-masa sekarang ada beberapa kelompok yang masuk prioritas utama yang berhak mendapat infaq dan shadaqah, yaitu golongan fuqara, masakin dan orang-orang yang dijalan Allah.
Orang fakir adalah orang yang butuh, tetapi tidak mempunyai pekerjaan sedangkan hidupnya digunakan untuk membantu agama Islam. Jadi orang fakir yang dibantu adalah orang yang memang hidupnya untuk berjuang dijalan Allah bukan pemalas yang tidak mau berusaha dan tidak melaksanakan syari’at Islam. Sedangkan orang miskin adalah orang yang berusaha tetapi usahanya hanya mencukupi kebutuhan minimalnya dalam keluarganya untuk makan sehari-hari.

4. Badan

Manusia merupakan mahluk yang paling sempurna diciptakan Allah di muka bumi ini. Dengan kesempurnaan susunan tubuh serta akal fikiran yang diberikan Allah, manusia dijadikan sebagai khalifah di bumi, manusia dibebani taklif agar dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Jasmani manusia ini dituntut bekerja untuk melaksanakan fungsi sebagai khalifah dalam rangka mengabdi kepada Allah. Letihnya manusia dalam melaksanakan ibadah kepada Allah akan diganjar dengan pahala. Tetapi apabila letihnya dalam rangka bermain-main, mengerjakan maksiat, perbuatan sia-sia, beribadah dengan yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah SAW, maka sia-sialah letihnya itu bahkan ada yang akan diganjar dengan api Neraka, karena mereka termasuk orang yang celaka, sebagaimana sabda Rasulllah SAW :”Tiap-tiap amal(pekerjaan) ada masa-masa semangat, dan tiap-tiap masa semangat ada masa lelahnya, maka barang siapa yang lelah letihnya karena melaksanakan sunnahku, maka ia telah mendapat petunjuk, dan barang siapa yang lelah dan letihnya bukan karena melaksanakan sunnahku, maka ia termasuk orang yang binasa”. (HR. Al Hakim dan Al Baihaqi)
Demikianlah, pada hari mahsyar masing-masing manusia akan diminta pertanggungjawabannya atas segala perbuatan yang telah dikerjakannya selam masa hidupnya di dunia. Sudah siapkah kita menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan kepada kita saat itu? Kalau belum kapan lagi kita mempersiapkan diri kalau tidak sekarang?
Segala puji bagi Allah, Penguasa sekalian alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan atas Nabi kita Muhammad SAW dan keluarganya dan para sahabatnya.

Dikutip dari Jeddah Da’wah Centre
Oleh Ust. Yazid Abdul Qadir Jawas
Powered by Blogger.

Followers