Bacaan Al-Fatihah (1)
Bacaan Alfatihah
Hadis membaca surat Al Fatihah untuk yang meninggal dunia
عَنِ
ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُوْلُ إِذَا مَاتَ أَحَدُكُمْ فَلاَ تَحْبِسُوْهُ وَأَسْرِعُوْا بِهِ
إِلَى قَبْرِهِ وَلْيُقْرَأْ عِنْدَ رَأْسِهِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَعِنْدَ رِجْلَيْهِ
بِخَاتِمَةِ سُوْرَةِ الْبَقَرَةِ فِي قَبْرِهِ (رواه الطبراني في الكبير رقم
13613 والبيهقي في الشعب رقم 9294 وتاريخ يحي بن معين 4 / 449)
“Diriwayatkan dari Ibnu Umar, ia berkata: Saya mendengar
Rasulullah Saw bersabda: Jika diantara kalian ada yang meninggal, maka
janganlah diakhirkan, segeralah dimakamkan. Dan hendaklah di dekat kepalanya
dibacakan pembukaan al-Quran Surat al-Fatihah) dan dekat kakinya dengan penutup
surat al-Baqarah di kuburnya” (HR al-Thabrani dalam al-Kabir No 13613,
al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman No 9294, dan Tarikh Yahya bin Main 4/449)[2]
Al-Hafidz Ibnu Hajar memberi penilaian pada hadis
tersebut:
“HR al-Thabrani dengan sanad yang hasan” (Fath al-Bari
III/184)
Surat Fatihah Adalah Doa
Imam al-Bukhari dan Imam
Muslim meriwayatkan bahwa beberapa sahabat Nabi pernah singgah di sebuah
kabilah, yang kepala sukunya terkena gigitan hewan berbisa. Lalu sahabat
melakukan doa ruqyah dengan bacaan Fatihah (tanpa ada contoh dan perintah dari
Nabi). Kepala suku pun mendapat kesembuhan dan sahabat mendapat upah kambing.
Ketika disampaikan kepada Nabi, beliau tersenyum dan berkata:
وَمَا يُدْرِيكَ أَنَّهَا
رُقْيَةٌ أَصَبْتُمُ اقْسِمُوا وَاضْرِبُوا لِى مَعَكُمْ بِسَهْمٍ
“Dari mana kalian tahu bahwa surat Fatihah adalah doa?
Kalian benar. Bagikan dan beri saya bagian dari kambing itu” (HR al-Bukhari dan
Muslim, redaksi diatas adalah hadis al-Bukhari)
Di hadis ini sahabat membaca al-Fatihah untuk doa ruqyah
adalah dengan ijtihad, bukan dari perintah Nabi. Mengapa para sahabat
melakukannya, sebab hal ini tidak dilarang oleh Rasulullah. Sebagaimana
dijelaskan oleh Allah dalam al-Hasyr: 7
“… Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah
dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah…”
Yang harus ditinggalkan adalah sesuatu yang dilarang oleh
Rasulullah, bukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh Rasulullah! Dalam masalah
al-Fatihah ini tidak ada satupun hadis yang melarang membaca al-Fatihah
dihadiahkan untuk mayit!
Bahkan membaca al-Fatihah untuk orang yang telah wafat
juga telah diamalkan oleh para ulama, diantara ulama ahli Tafsir berikut:
وَأَنَا أُوْصِي مَنْ طَالَعَ كِتَابِي وَاسْتَفَادَ مَا فِيْهِ
مِنَ الْفَوَائِدِ النَّفِيْسَةِ الْعَالِيَةِ أَنْ يَخُصَّ وَلَدِي وَيَخُصَّنِي بِقِرَاءَةِ
اْلفَاتِحَةِ وَيَدْعُوَ لِمَنْ قَدْ مَاتَ فِي غُرْبَةٍ بَعِيْداً عَنِ اْلإِخْوَانِ
وَاْلأَبِ وَاْلأُمِّ بِالرَّحْمَةِ وَالْمَغْفِرَةِ فَإِنِّي كُنْتُ أَيْضاً كَثِيْرَ
الدُّعَاءِ لِمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فِي حَقِّي وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْراً آمِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ (تفسير الرازي : مفاتيح الغيب 18 / 183
“(al-Razi berkata) Saya berwasiat kepada pembaca kitab
saya dan yang mempelajarinya agar secara khusus membacakan al-Fatihah untuk
anak saya dan diri saya, serta mendoakan orang-orang yang meninggal nan jauh
dari teman dan keluarga dengan doa rahmat dan ampunan. Dan saya sendiri
melakukan hal tersebut” (Tafsir al-Razi 18/233-234)
0 comments:
Post a Comment