Bacaan Al Fatihah (3)
PENDAPAT ULAMA SALAFI WAHABI
Ibnu Taimiyah
Tentang hadiah pahala, Ibnu
Taimiyah menegaskan bahwa barangsiapa mengingkari sampainya amalan orang hidup
pada orang yang meninggal maka ia termasuk ahli bid’ah. Dalam Majmu’ fatawa
jilid 24 halaman 306 ia menyatakan, “Para imam telah sepakat bahwa mayit bisa
mendapat manfaat dari hadiah orang lain. Ini termasuk hal yang pasti diketahui
dalam agama Islam, dan telah ditunjukkan dengan dalil kitab, sunnah, dan ijma’
(konsensus) ulama’. Barang siapa menentang hal tersebut, maka dia termasuk ahli
bid’ah
Syaikh Abdullah al-Faqih
Bahkan ulama Salafi yang
bernama Syaikh Abdullah al-Faqih berfatwa berpendapat bahwa al-Fatihah
bisa sampai kepada orang yang telah wafat,:
قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ، سَوَاءٌ
الْفَاتِحَةُ أَوْ غَيْرُهَا وَإِهْدَاءُ ثَوَابِ قِرَاءَتِهَا إِلَى الْمَيِّتِ جَائِزٌ
وَثَوَابُهَا يَصِلُ إِلَى الْمَيِّتِ –إِنْ شَاءَ اللهُ- مَا لَمْ يَقُمْ بِالْمَيِّتِ
مَانِعٌ مِنَ اْلاِنْتِفَاعِ بِالثَّوَابِ وَلاَ يَمْنَعُ مِنْهُ إِلاَّ الْكُفْرُ
(فتاوى الشبكة الإسلامية معدلة رقم الفتوى 18949 حكم قراءة الفاتحة بعد صلاة الجنازة
3 / 5370)
“…. Membaca al-Quran baik
al-Fatihah atau lainnya, dan menghadiahkan bacaannya kepada mayit, maka akan
sampai kepadanya –Insya Allah- selama tidak ada yang menghalanginya, yaitu
kekufuran (beda agama).” (Fatawa al-Islamiyah 3/5370)
Syeikh Muhammad bin Shalih
al-Utsaimin (w. 1421 H)
Beliau mengatakan bahwa
bacaan al-Quran itu sampai dan boleh.
القول الثاني: أنه ينتفع بذلك
وأنه يجوز للإنسان أن يقرأ القرآن بنية أنه لفلان أو فلانة من المسلمين، سواء كان قريبا
أو غير قريب. والراجح: القول الثاني لأنه ورد في جنس العبادات جواز صرفها للميت
Pendapat kedua, adalah
mayyit bisa mendapat manfaat dari apa yang dikerjakan orang yang masih hidup.
Hukumnya boleh, orang membaca al-Quran lantas berkata; “Saya niatkan pahala ini
untuk fulan atau fulanah. Baik orang itu kerabat atau bukan. Ini adalah
pendapat yang rajih. (Muhammad bin Shalih al-Utsaimin w. 1421 H, Majmu’ Fatawa
wa Rasail, h. 7/ 159)
Kesimpulan
Bacaan dzikir yang
dihadiahkan kepada ahli kubur dapat sampai kepada mereka, sebagaimana dikatakan
oleh al-Thabari:
وَقَالَ الْمُحِبُّ الطَّبَرِي
يَصِلُ لِلْمَيِّتِ كُلُّ عِبَادَةٍ تُفْعَلُ وَاجِبَةٍ أَوْ مَنْدُوْبَةٍ وَفِي شَرْحِ
الْمُخْتَارِ لِمُؤَلِّفِهِ مَذْهَبُ أَهْلِ السُّنَّةِ أَنَّ لِلاِنْسَانِ أَنْ يَجْعَلَ
ثَوَابَ عَمَلِهِ وَصَلاَتِهِ لِغَيْرِهِ وَيَصِلُهُ اهـ (حاشية إعانة الطالبين 1
/ 33)
“Semua ibadah yang
dilakukan, baik ibadah wajib atau sunah, dapat sampai kepada orang yang telah
wafat. Dan disebutkan dalam kitab Syarah al-Mukhtar bahwa dalam ajaran Aswaja
hendaknya seseorang menjadikan pahala amalnya dan salatnya dihadiahkan kepada
orang lain (yang telah wafat), dan hal itu akan sampai kepadanya” (I’anat
al-Thalibin I/33)
Sumber ;
http://www.sarkub.com/2014/sampainya-bacaan-al-quran-dan-dzikir-kepada-ahli-kubur/
Catatan Ustadz Makruf Khozin
0 comments:
Post a Comment